DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA DKI JAKARTA
Jejak Achmad Hulaefi, Raja Wushu Indonesia

Dipublikasikan pada 20 Jun 2023 oleh Administrator


Achmad Hulaefi adalah salah satu olahragawan wushu putra terbaik Indonesia. Ia berhasil meraih banyak prestasi di ajang Nasional maupun Internasional

 

Sudah lama Indonesia diperhitungkan dalam persaingan wushu global. Tidak hanya menuai prestasi di ajang kompetisi multi-event seperti Asia Tenggara (SEA Games) atau Asian Games, atlet-atlet wushu Indonesia berhasil mencetak banyak prestasi di pentas persaingan tunggal seperti Kejuaraan Dunia junior maupun senior. Menilik atlet wushu Indonesia berprestasi, tentu sudah tidak asing lagi dengan nama Achmad Hulaefi.

 

Gerakan-gerakan indah  Jet Li, Bruce Lee dan aksi film Kung Fu lainnya rupanya berhasil membuat Achmad Hulaefi melabuhkan hatinya pada seni bela diri wushu. Dari film Kung Fu, alumnus Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Jakarta ini memutuskan untuk menekuni wushu saat berusia sebelas tahun. Pria yang akrab dipanggil dengan Ulai ini mengaku dilatih langsung oleh pamannya, Ahmad Rivai, yang juga dikenal sebagai atlet wushu pertama di Indonesia.

 

“Awal mula tertarik dengan wushu, karena waktu saya masih kecil suka nonton film-film Kung Fu seperti Jet Li, Bruce Lee dan lainnya. Dari situ jadi suka dengan wushu dan dilatih langsung oleh paman sendiri,” ungkap Ulai saat ditemui di Pusat Pelatihan Olahraga Pelajar (PPOP) Ragunan, Jalan Harsono RM, RT.9/RW.7, Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

 

Belum sampai dua tahun menggeluti wushu, sulung dari empat bersaudara ini sudah berhasil meraih prestasi juara 2 Asia pada ajang Wushu Junior di Singapura tahun 2005. Kata Ulai, sejak itu ia menyadari bakatnya pada olahraga asal Tiongkok ini. Meski harus ia akui, proses menekuni seni bela diri wushu tidaklah mudah.

 

“Belajar wushu tentu tidak mudah. Perlu melatih kesabaran dalam melenturkan badan, karena melenturkan badan itu kan sakit ya, dan juga prosesnya harus bertahap. Selain itu, wushu juga harus memiliki stamina yang bagus, membutuhkan kekuatan yang mumpuni, lalu dibutuhkan kecepatan dalam aksinya. Semua kesulitan-kesulitan tadi perlu dilatih dan butuh proses serta waktu yang panjang. Tidak hanya itu, kita juga harus menghafalkan jurus yang rumit, harus belajar salto karena ada akrobatiknya,” ujarnya, Rabu (8/2).

 

Selama berkarir sebagai pewushu Indonesia, pria yang lahir dan besar di Jakarta ini mencetak segudang prestasi di ajang Nasional maupun Internasional. Masih di umurnya yang belia, anak dari pasangan Iskandar Fauzi dan Yuliana ini berhasil meraih juara 3 kejuaraan dunia Wushu Junior di Malaysia. Prestasi tertingginya diraih saat mengikuti kejuaraan dunia Taolu World Cup di Fuzhou, China pada tahun 2016 dengan meraih medali emas nomor Gunshu dan Daoshu. Di tahun berikutnya, pria hobi berolahraga ini meraih medali perak pada kejuaraan dunia wushu tahun 2017 di Rusia.

 

Di tingkat kejuaraan wushu senior, Ulai berhasil menyabet dua kali juara Pekan Olahraga Nasional (PON) di tahun 2012 dan 2016. Kehebatannya masih terus berlanjut dengan berhasil meraih empat kali juara SEA Games di tahun 2011, 2013, 2015 dan 2017. Selain itu, Ulai berkesempatan mengikuti event Asian Games 2018 dan berhasil memperoleh medali perunggu nomor Daoshu/Gunshu.

 

“Spesialnya dari wushu itu dia mempunyai berbagai macam senjata, dari senjata pendek seperti golok, pedang, lalu senjata panjang ada tongkat, tombak, lalu ada berbagai macam jurus juga, dari jurus aliran selatan, aliran utara. Lalu jurus wushu itu variatif dan juga ada akrobatiknya,” kata pria kelahiran 14 Oktober 1989 itu.

 

Atlet wushu Taolu ini spesialis pada jurus Changquan (tangan kosong), Daoshu (golok) dan Gunshu (tongkat). Pria yang memang sedari kecil bercita-cita menjadi atlet ini juga menceritakan lika-liku selama berlatih wushu. Dahulu ia harus disiplin melatih diri setiap pagi dan sore selama 6 hari dalam seminggu.

“Bosan dan jenuh itu pasti. Semua atlet pasti pernah merasakan keduanya. Ketika ada di posisi tersebut, kalau saya pribadi biasanya melakukan kegiatan menyenangkan lainnya seperti jalan-jalan, nonton, atau beli barang baru seperti beli baju latihan. Biar nanti saat latihan itu pakai baju baru, pakai celana baru, sepatu baru, pakai senjata baru. Jadi lebih bersemangat lagi ketika latihan,” ungkap Ulai.

 

Meski demikian, Ulai selalu semangat melatih diri agar mencetak banyak prestasi. Ia mengakui, semakin banyak meraih medali, tidak sedikit fasilitas prioritas dan bonus yang ia dapatkan dari pemerintah. “Atlet yang berprestasi juga sudah dijanjikan oleh pemerintah dari segi gajinya. Gaji atlit yang sudah prioritas itu lumayan,” jujurnya.

 

Ulai menceritakan, beberapa hal penting yang menjadi penilaian dalam kejuaraan wushu. “Dalam kejuaraan wushu itu yang dinilai adalah keindahan, kecepatan, kelenturan, ketepatan, keseimbangan, dan kekuatan. Di wushu itu ada akrobatik, jadi ketika melakukan aksi salto, nanti akan dinilai apakah bisa jatuh mendarat dengan tepat atau tidak,” jelasnya.

 

Setelah mengikuti event besar Asian Games 2018, Ulai memutuskan pensiun dari wushu. Ia mengakui kondisinya menurun karena faktor umur dan pernah cedera di bagian lutut. Namun demikian, Ulai masih berniat menjadi pelatih untuk meregenerasi prestasi wushu Indonesia.

 

Selain pensiun, Ulai juga menikah dengan Lindswell Kwok, sang ratu wushu, dan keduanya saat ini telah dikaruniai dua orang anak laki-laki. Ayah dari Zubayr dan Miqdad ini mengaku kini sibuk bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta yang saat ini bertugas di PPOP Ragunan. Selain itu, ia juga bekerja sebagai pelatih Nasional di Club Wushu Yayasan Inti Bayangan untuk persiapan event-event besar seperti Seagames Kamboja 2023.

 

“Impian saya untuk wushu Indonesia adalah saya ingin memiliki pembinaan club milik sendiri yang bagus, yang nantinya bisa menjadi harapan besar untuk mengharumkan nama DKI Jakarta maupun nama Indonesia,” tutupnya.

 

Prestasi Achmad Hulaefi:

-         Medali perak nomor daoshu putra Kejuaraan Asia Singapura 2005

-         Medali perak nomor gunshu putra Kejuaraan Asia Singapura 2005

-         Medali perunggu nomor daoshu putra Kejuaraan Dunia Yunior Malaysia 2006

-         Medali perunggu nomor gunshu putra Kejuaraan Dunia Yunior Malaysia 2006

-         Medali perunggu nomor chanquan putra Kejuaraan Dunia Yunior malaysia 2006

-         Medali emas nomor gunshu putra Kejuaraan Internasional Hong Kong 2010

-         Medali emas nomor daoshu putra Kejuaraan Internasional Hong Kong 2010

-         Medali emas nomor chanquan putra Kejuaraan Internasional Hong Kong 2010

-         Medali emas nomor daoshu putra Kejuaraan Internasional Beijing 2010

-         Medali emas nomor chanquan putra Kejuaraan Internasional Beijing 2010

-         Medali emas nomor gunshu putra Kejuaraan Internasional Beijing 2010

-         Medali emas nomor daoshu & gunshu putra SEA Games Palembang 2011

-         Medali emas nomor gunshu putra SEA Games Myanmar 2013

-         Medali emas nomor daoshu putra SEA Games Myanmar 2013

-         Medali perak nomor chanquan putra SEA Games Myanmar 2013

-         Medali emas nomor Gunshu dan Daoshu Putra Taolu World Cup di Fuzhou, China 2016

-         Medali perak kejuaraan dunia wushu Rusia 2017

-         Medali Perunggu Asian Games Jakarta 2018