Jejak Achmad Hulaefi, Raja Wushu Indonesia
Dipublikasikan pada 16 Feb 2023 oleh Administrator
Achmad Hulaefi adalah salah satu olahragawan wushu
putra terbaik Indonesia. Ia berhasil meraih banyak prestasi di ajang Nasional
maupun Internasional
Sudah lama Indonesia
diperhitungkan dalam persaingan wushu global. Tidak hanya menuai prestasi di
ajang kompetisi multi-event seperti Asia Tenggara (SEA Games) atau Asian Games,
atlet-atlet wushu Indonesia berhasil mencetak banyak prestasi di pentas persaingan
tunggal seperti Kejuaraan Dunia junior maupun senior. Menilik atlet wushu
Indonesia berprestasi, tentu sudah tidak asing lagi dengan nama Achmad Hulaefi.
Gerakan-gerakan indah Jet Li, Bruce Lee dan aksi film Kung Fu lainnya
rupanya berhasil membuat Achmad Hulaefi melabuhkan hatinya pada seni bela diri
wushu. Dari film Kung Fu, alumnus Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas
Negeri Jakarta ini memutuskan untuk menekuni wushu saat berusia
sebelas tahun. Pria yang akrab dipanggil dengan Ulai ini mengaku dilatih langsung
oleh pamannya, Ahmad Rivai, yang juga dikenal sebagai atlet wushu pertama di
Indonesia.
“Awal mula tertarik
dengan wushu, karena waktu saya masih kecil suka nonton film-film Kung Fu
seperti Jet Li, Bruce Lee dan lainnya. Dari situ jadi suka dengan wushu dan
dilatih langsung oleh paman sendiri,” ungkap Ulai saat ditemui di Pusat
Pelatihan Olahraga Pelajar (PPOP) Ragunan, Jalan Harsono RM, RT.9/RW.7, Pasar Minggu, Kota Jakarta
Selatan, Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Belum sampai dua
tahun menggeluti wushu, sulung dari empat bersaudara ini sudah berhasil meraih
prestasi juara 2 Asia pada ajang Wushu Junior di Singapura tahun 2005. Kata
Ulai, sejak itu ia menyadari bakatnya pada olahraga asal Tiongkok ini. Meski
harus ia akui, proses menekuni seni bela diri wushu tidaklah mudah.
“Belajar wushu tentu
tidak mudah. Perlu melatih kesabaran dalam melenturkan badan, karena
melenturkan badan itu kan sakit ya, dan juga prosesnya harus bertahap. Selain
itu, wushu juga harus memiliki stamina yang bagus, membutuhkan kekuatan yang
mumpuni, lalu dibutuhkan kecepatan dalam aksinya. Semua kesulitan-kesulitan
tadi perlu dilatih dan butuh proses serta waktu yang panjang. Tidak hanya itu,
kita juga harus menghafalkan jurus yang rumit, harus belajar salto karena ada
akrobatiknya,” ujarnya, Rabu (8/2).
Selama berkarir sebagai pewushu Indonesia, pria yang lahir dan
besar di Jakarta ini mencetak segudang prestasi di ajang Nasional maupun Internasional.
Masih di umurnya yang belia, anak dari pasangan Iskandar Fauzi dan Yuliana ini berhasil meraih juara 3
kejuaraan dunia Wushu Junior di Malaysia. Prestasi tertingginya
diraih saat mengikuti kejuaraan dunia Taolu World Cup di Fuzhou, China pada
tahun 2016 dengan meraih medali emas nomor Gunshu dan Daoshu. Di tahun
berikutnya, pria hobi berolahraga ini meraih medali perak pada kejuaraan dunia
wushu tahun 2017 di Rusia.
Di tingkat kejuaraan wushu senior, Ulai berhasil
menyabet dua kali juara Pekan Olahraga Nasional (PON) di tahun 2012 dan 2016.
Kehebatannya masih terus berlanjut dengan berhasil meraih empat kali juara SEA
Games di tahun 2011, 2013, 2015 dan 2017. Selain itu, Ulai
berkesempatan mengikuti event Asian Games 2018 dan berhasil memperoleh medali perunggu
nomor Daoshu/Gunshu.
“Spesialnya dari
wushu itu dia mempunyai berbagai macam senjata, dari senjata pendek seperti
golok, pedang, lalu senjata panjang ada tongkat, tombak, lalu ada berbagai
macam jurus juga, dari jurus aliran selatan, aliran utara. Lalu jurus wushu itu
variatif dan juga ada akrobatiknya,” kata pria kelahiran 14 Oktober 1989 itu.
Atlet wushu Taolu ini spesialis pada jurus Changquan (tangan
kosong), Daoshu (golok) dan Gunshu (tongkat). Pria yang memang sedari kecil
bercita-cita menjadi atlet ini juga menceritakan lika-liku selama berlatih wushu.
Dahulu ia harus disiplin melatih diri setiap pagi dan sore selama 6 hari dalam
seminggu.
“Bosan dan jenuh itu
pasti. Semua atlet pasti pernah merasakan keduanya. Ketika ada di posisi
tersebut, kalau saya pribadi biasanya melakukan kegiatan menyenangkan lainnya
seperti jalan-jalan, nonton, atau beli barang baru seperti beli baju latihan. Biar
nanti saat latihan itu pakai baju baru, pakai celana baru, sepatu baru, pakai
senjata baru. Jadi lebih bersemangat lagi ketika latihan,” ungkap Ulai.
Meski demikian, Ulai
selalu semangat melatih diri agar mencetak banyak prestasi. Ia mengakui,
semakin banyak meraih medali, tidak sedikit fasilitas prioritas dan bonus yang
ia dapatkan dari pemerintah. “Atlet yang berprestasi juga sudah dijanjikan oleh
pemerintah dari segi gajinya. Gaji atlit yang sudah prioritas itu lumayan,”
jujurnya.
Ulai menceritakan,
beberapa hal penting yang menjadi penilaian dalam kejuaraan wushu. “Dalam kejuaraan
wushu itu yang dinilai adalah keindahan, kecepatan, kelenturan, ketepatan,
keseimbangan, dan kekuatan. Di wushu itu ada akrobatik, jadi ketika melakukan
aksi salto, nanti akan dinilai apakah bisa jatuh mendarat dengan tepat atau
tidak,” jelasnya.
Setelah mengikuti
event besar Asian Games 2018, Ulai memutuskan pensiun dari wushu. Ia mengakui
kondisinya menurun karena faktor umur dan pernah cedera di bagian lutut. Namun
demikian, Ulai masih berniat menjadi pelatih untuk meregenerasi prestasi wushu
Indonesia.
Selain pensiun, Ulai juga
menikah dengan Lindswell Kwok, sang ratu wushu, dan keduanya saat ini telah
dikaruniai dua orang anak laki-laki. Ayah dari Zubayr dan Miqdad ini mengaku
kini sibuk bekerja sebagai Aparatur
Sipil Negara (ASN) Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta yang saat ini
bertugas di PPOP Ragunan. Selain itu, ia juga bekerja sebagai pelatih Nasional di
Club Wushu Yayasan Inti Bayangan untuk persiapan event-event besar seperti Seagames
Kamboja 2023.
“Impian saya untuk
wushu Indonesia adalah saya ingin memiliki pembinaan club milik sendiri yang bagus,
yang nantinya bisa menjadi harapan besar untuk mengharumkan nama DKI Jakarta
maupun nama Indonesia,” tutupnya.
Prestasi Achmad
Hulaefi:
-
Medali perak nomor daoshu putra Kejuaraan Asia
Singapura 2005
-
Medali perak nomor gunshu putra Kejuaraan Asia
Singapura 2005
-
Medali perunggu nomor daoshu putra Kejuaraan
Dunia Yunior Malaysia 2006
-
Medali perunggu nomor gunshu putra Kejuaraan
Dunia Yunior Malaysia 2006
-
Medali perunggu nomor chanquan putra Kejuaraan
Dunia Yunior malaysia 2006
-
Medali emas nomor gunshu putra Kejuaraan
Internasional Hong Kong 2010
-
Medali emas nomor daoshu putra Kejuaraan
Internasional Hong Kong 2010
-
Medali emas nomor chanquan putra Kejuaraan
Internasional Hong Kong 2010
-
Medali emas nomor daoshu putra Kejuaraan
Internasional Beijing 2010
-
Medali emas nomor chanquan putra Kejuaraan
Internasional Beijing 2010
-
Medali emas nomor gunshu putra Kejuaraan
Internasional Beijing 2010
-
Medali emas nomor daoshu & gunshu putra SEA
Games Palembang 2011
-
Medali emas nomor gunshu putra SEA Games Myanmar
2013
-
Medali emas nomor daoshu putra SEA Games Myanmar
2013
-
Medali perak nomor chanquan putra SEA Games
Myanmar 2013
-
Medali emas nomor Gunshu dan Daoshu
Putra Taolu World Cup di Fuzhou, China 2016
-
Medali perak kejuaraan dunia wushu Rusia 2017
-
Medali Perunggu Asian Games Jakarta 2018